src="https://ajax.googlelapis.com/ajax/libs/jquery/1.8.3/jquery.min.js"type="text/javascript">

Sunday, January 11, 2009

Aku ini siapa??

Hari ini aq dapat perenungan baru. Untuk lebih menelusuri keikhlasanku dalam melakukan sesuatu. Hari ini, aku lembur en merasa sangat amat lelah sekali (lebay ga siy...??Hehe). En seperti biasa ketika aq merasa sangat lelah en membutuhkan kenyamanan dalam perjalanan, aq memilih untuk menunggu bis kesayanganku (Bis patas Ac warna biru). Dan betapa bersyukurnya aq, karena tak harus menunggu terlalu lama. Dalam waktu singkat bis tersebut datang dengan kondisi masih sedikit penumpang. Dan aq pun bisa dapat tempat duduk untuk merebahkan tubuh yang letih ini. Yang membuatku lebih bersyukur lagi, karena begitu aq masuk ke dalam bis, langit menumpahkan semua bebannya. Hujan deras sekali.
Belum separuh perjalananku bis sudah terisi penuh. Bahkan sudah ada beberapa penumpang yang berdiri. Aq tak terusik dengan itu. Karena penumpang yg berdiri itu semuanya laki2 dan masih muda. So,aq tetap merebahkan badanku dengan nyaman. Namun kenyamanan itu lenyap ketika bis berhenti di sebuah pasar, dan naik wanita tua dengan baju lusuh dan basah. Ibu itu sempat terlihat memelas pada kondektur karena hanya bisa membayar tarif bis biasa. Dan Pak kondektur yang baik hati itu pun tak mempermasalahkannya. Yup,mungkin hanya itu uang si Ibu tua yg tersisa. Mungkin dia tak tahan berdiri lebih lama lagi untuk menunggu bis biasa. Sehngga tak ada pilihan lain selain menumpang di bis ini dan menghilangkan semua rasa malu untuk membayar kurang seribu lima ratus perak.
Aq terus memperhatikan ibu tua itu. Terlihat sekali kalo dia malu akan hal itu. Dia tak terlihat berusaha merebut kursi yang di tinggal turun penumpangnya. Dan pemuda2 yang berdiri tadi, juga tak ada yang mempersilakan ibu itu untuk duduk lebih dulu. Mungkin mereka juga sangat letih, sehingga memilih berpura2 tak melihat ada seorang wanita tua yang masih berdiri. Sempat terlintas di hatiku untuk melakukan hal itu juga. Berpura2 tak melihat. Namun saat kucoba untuk memperoleh kenyamananku lagi dengan memejamkan mata, bayangan mama,bude2ku,almh emak en semua wanita2 tua yang kukenal berkelebat dalam pikiranku. Bagaimana bila mereka yang berada dalam posisi ibu tua tersebut?Apakah aku tega membiarkan mereka letih berdiri?Dalam hitungan detik mataku terbuka kembali dan tanganku melambai pada ibu tua tersebut. Mempersilahkan beliau untuk duduk. Si ibu dengan takut2 mendekatiku. Aq sedikit susah payah untuk bisa mengerti kata2 yg beliau ucapkan, karena beliau menggunakan bahasa jawa yang halus (Amboi..aq ini jauh lebih muda drnya. Tapi dia berbicara sangat sopan denganku). Beliau menolak tawaranku untuk duduk dikursi yang kutempati. Dia takut aq capek berdiri. Dan dia mengatakan kalo bajunya basah dan kotor, dan dia membayar kurang untuk naik bis ini. Ya..Rabb,aq ga tau harus berkata apa. Ini bukan bis milikku. Aq juga hanya penumpang seperti beliau. Sampe akhirnya aq bisa meyakinkan dia kalo aq kuat berdiri, wanita tua itu dengan mata berkaca-kaca berterima kasih padaku.
Rabb..aq malu sekali menerima ucapan terima kasih itu. Aq ini siapa? Terlebih aq mempersilahkannya duduk karena aq tak ingin suatu saat orang2 tercintaku mengalami hal yg sama seperti beliau. Dan aq juga melakukan ini karena aq juga sering menerima perlakuan ini dari penumpang laki2 (dan selama ini aq menerima perlakuan ini dengan rasa terimakasih yg biasa2 aja. Karena menurutku seorg laki2 sejati memang harus mendahulukan wanita untuk duduk.).
Ucapan terimakasih ibu tadi dan mata kaca2nya membuatku malu. Rabb..ampuni aq kalo selama ini semua yg aku lakukan adalah karena pamrih. Ampuni aq ya,Rabb..

2 comments:

Anonymous said...

Iya sist ... tak ada satupun yang milik kita, bahwa kita sesungguhnya adalah fakir.

nugroho putu said...

dik, aku nangis baca tulisanmu ini...