src="https://ajax.googlelapis.com/ajax/libs/jquery/1.8.3/jquery.min.js"type="text/javascript">

Friday, February 27, 2009

Nostalgia..

Beberapa hari ini kehujanan terus. Entah karena usia yang bertambah tuwir sehingga melemahkan fisik, tetes2 air hujan itu mampu merobohkan staminaku. Badan meriang, kepala pusing..sepertinya sebentar lagi bakal kena flu..
Padahal masa kecilku dulu, hujan2 adalah hobi. Satu hal yang tak pernah kumengerti hingga sekarang, kenapa mama dulu begitu bebas membiarkan aku en kakak2ku bermain hujan. Bahkan saat banjir melanda, kami dengan leluasa berenang dan main perahu dayung (hiiyy..padahal sekarang kena becek aja aku udah merasa gatal2). Padahal juga niy..lingkungan masa kecil kami dulu penuh dengan bahaya. Banyak ular dan biawak.
Ahh..mengingat masa kecil adalah hal yang sangat menyenangkan. Walo masa kecilku dihabiskan di kota yang masih sangat sepi (waktu itu), tapi kenangannya tak pernah terlupakan. Memanjat pohon, tidur beratapkan langit, berlari-lari di bawah terik matahari telah menumbuhkan kecintaanku dan saudara2ku pada alam.
Main masak2an pada masa kecilku adalah permainan yang mengasyikkan. Tidak menggunakan mainan plastik mewah seperti yang digunakan anak2 jaman sekarang, tapi menggunakan peralatan sesungguhnya yang kami dapat dari alam. Memasak sayur dari daun katuk yang dipetik di halaman rumah, kemudian direbus dalam kaleng bekas susu dengan menggunakan api unggun, en semua itu kami makan sungguhan. Fiuuuhh..sekali lagi ini mengherankan bagiku, pada saat itu tak pernah sekalipun kami diare karenanya. Padahal untuk saat ini, salah makan sedikit pasti perut akan protes....
Aku en kakak2ku juga bebas bermain tanah. Ada saatnya kami membuat istana-istana dari tanah yang dibasahi. Istana itu kami beri pagar en bendera. Setelah itu kami taburi gula-gula sehingga semut2 berdatangan. Jadilah Istana itu menjadi istana semut. Yang setiap harinya tak pernah lupa kami taburi gula. Dan saat banjir melanda, jiwa kecilku yang polos bersedih karena membayangkan "rakyat" semut di istana kami yang terendam air. Hehehe...
Disaat musim hujan, kami juga pernah membuat mama marah. Sebabnya karena kami membawa seekor anak burung yang jatuh dari sarangnya ke dalam kamar. Bergantian kami berlaku seolah2 induk burung, memberi makan si anak burung dengan beras yang sudah ditumbuk, sambil sesekali mencicit-cicit layaknya induk burung sesungguhnya. Hihihihi...bener2 perbuatan yang konyol. Hingga akhirnya kami harus bersedih, karena mama menyuruh kami mengembalikan anak burung itu ke sarangnya. Namun..setelah itu kami bergembira lagi, menyaksikan kebahagiaan bertemunya kembali antara induk dan anak burung itu. Subhanallah..hal yang akan selalu membekas dalam ingatanku, karena telah melihat satu bagian kecil dari kasih sayang Allah melalui peristiwa itu.
Ahh..banyak sekali hal yang telah terjadi dalam hidupku. Hal-hal yang terlihat bodoh dan konyol. Namun mungkin hal-hal itulah yang telah menempa kami bersaudara hingga menjadi pribadi seperti kini. Hingga dapat selalu menghargai en mensyukuri kehidupan yang telah diberikanNya. Terima kasih ya Allah..atas keindahan yang telah kami lalui itu...

3 comments:

nugroho putu said...

subhanalloh, aku ikut ngerasain kebahagian masa kecil adik2 di surabaya.... ternyata sama liarnya dengan kami.

dulu kami menyebutnya ALI (anak Liar Indonesia) kerjaannya menyusuri sungai di wilayah muntilan... hehehehe...

Kenangan selalu saja indah, dan semua itu menjadi batu bata yang tersusun sebagai bangunan "diri" kita.

Ruri Vidya said...

hehehe..itu kenangan waktu di samarinda dulu,mas. Hehehe..keren banget gelarnya..ALI. Btw, emang sungai muntilan keliatannya asik buat disusuri,Mas. Waah..sayang banget dulu qta ga punya kesempatan buat main bareng sama sodara2 muntilan..:(

nugroho putu said...

masih ada waktu, dik...
kapan2 kita kencan libura di muntilan. Biar dah nyaris setengah baya aku masih mau kok menyusuri sungai di muntilan... gimana??? setuju..??